Senin, 02 Februari 2009

JURNAL 4

-------------------------------------------------------------------------------------------------JURNALKECILANAKKITA :
Edisi 04 – juni – 2008

T . E . R . A . S

Salam
Berkumpul dan memasuki dunia anak dan remaja merupakan saat yang menyenangkan dan sekaligus menegangkan. Menyenangkan, karena mereka begitu polos melihat kehidupan dan persoalannya. Menegangkan, karena sesekali lontaran pendapat dan pertanyaan mereka menikam pikiran orang tua yang terkadang merasa paling tahu dan paling bisa.

Saat mengajak seorang anak atau remaja mengemukakan gagasan dan pengalamannya dalam tulisan, banyak hal yang bisa kita temui di dalamnya. Ternyata lewat tulisan mereka bisa lebih leluasa untuk mengungkapkan sesuatu yang kadang tak mungkin mereka samp[aikan dalam bentuk lisan.

Sesungguhnya menulis bagi seorang anak dapat membangun rasa percaya diri, apabila anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikiran dan pengalamannya. Namun seringkali kita –para orangtua menjadikan anak-anak kita sebagai roobot yang harus diperintah, tanpa pernah kita ajak untuk mengemukakan inisiatifnya.

Apa yang mereka tulis mengenai kehidupan yang paling dekat dengan dirinya – mencontek-, dan bagaimana pula mereka melihat perkembangan pasar yang ada dalam ligngkungan kehidupannya.

Tidak ada yang tidak benar, karena mereka telah mengemukakan dengan jujur dari pengalaman yang pernah dilihat dan dialami dalam kehidupan yang sesungguhnya.

S . E . R . A . M . B . I

MENCONTEK

Oleh: Williarko Firdaus

Kegiatan mencontek merupakan suatu hal yang sering dilakukan oleh anak-anak di sekolah pada saat ulangan atau ujian. Ini banyak dilakukan siswa karea malas untuk belajar, tetapi ingi mendapatkan nilai yang baik. Maka, dengan mencontek milik orang lain, siswa bersangkutan bisa santai-santai dalam mempersiapkan ulangan dan menanti contekan jawaban dari temannya.

Mencontek dilakukan siswa dengan cara semnbunyi-sembunyi atau mencuri kesempatan di saat guru yang mengawasi ujian atau ulangan sedang lengah. Saat lengah tersebut biasanya saat guru telah merasa bosan dan capek melakukan pengawasan. Sebuah kesempatan yang tidak disia-siakan siswa.

Meski demikian mencontek memiliki kelemahan dan keuntungan. Salah satu keuntungannya siswa yang mencontek tidak perlu susah payah belajar dan menghapal materi yang diujikan. Namun kelemahannya juga sangat buruk, karena bila ketahuan guru pengajar atau pengawas maka akan mendapatkan sangsi nilai dikuranghi, atau bahkan disuruh mengikuti ulangan remidi.
Kerugian lainnya, kegiatan mencontek dapat membuat siswa malas belajar.

Betapa tidak enaknya efek dari kegiatan mencontek, sehingga kita tidak perlu melakukannya.

PASAR vs SWALAYAN
Oleh: Ryjzal Khalif F F

Pasar adalah tempat berjual beli atau bertransaksi antar penjual dan pembeli.Keberadaan pasarsangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membei kebutuhan, baik berupa sandang, pangan dan papan sebagai kebutuhan utama kehidupan.

Mungin pasar telah ada sejak ada kehidupan. Nyatanya pasar yang ada cukup beragam ada yang bertepat di tanah lapang, di tempat khusus, dan bahkan terdapat pula pasar di sepanjang aliran sungai.Pasar yang ada di sungai dinamakan pasar apung dan terdapat di pulau Kalimantan.

Selain sebagai tempat jual beli antara pedagang dan pembeli, ternyata di pasar juga bayak orang peminta-minta. Umumnya pasar yang ada di daerah kita yaitu jenis pasartradisional, kebersihannya kurang terjaga. Pasar kotor, karena orang-orang yang berbelanja dan yang berjualan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Karena sampah dan kotorannya berserakan, srta kadang tercium aroma busuk dari tumpukan sampah, maka pasar dapat menjadi sarang penyakit.

Berbeda dengan swalayan, tempatnya bersih dan nyaman dan orang yang berbelanja dapat memilih sendiri barang beliannya, dan membayarnya langsung di kasir. Meski harga di swalayan kadang tlebih mahal, namun kenyamanan dan keamanan berbelanja di swalayan tidak ditemukan di pasar tradisional yang semrawut.

P . A . N . G . K . E . N . G .

AKU BISA MENCAPAI ANGANKU
Oleh: Nur Aida Maulidia

Bulan Mei lalu,dinas pendidikan kabupaten Sumenep mengadakan lomba Karya lmiah Remaja (KIR). Lomba tersebut diperuntukkan guru, siswa SMP, dan siswa SMU. Dan ketika itu, sekolah saya (SMPN I Sumenep) mengirimkan empat kandidat untuk mengikuti lomba KIR tersebut. Salah satunya adalah saya. Lomba KIR tersebut bertemakan mengenal diri sendiri. Setelah saya membaca brosurnya, ternyata syarat-syarat untuk mengikuti lomba KIR tersebut tidak begitu sulit. Jadi saya memutuskan untuk mengikuti lomba itu. Tetapi saya tidak yakin untuk memenangkan lomba tersebut, karena saya baru belajar menulis. Dan baru pertama kalinya saya mengikuti lomba KIR tingkat kabupaten. Apalagi di sekolah saya tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KIR.

Saya hanya belajar menulis pada ayah saya. Ayah saya cukup tahu tentang tulis menulis karena ayah saya sering mengikuti lomba tulis menulis. Ayah saya menasehati saya agar saya tidak berharap banyak terhadap lomba ini. Rasanya hampir satu bulan penuh saya mengerjakan karya ilmiah ini. Tetapi karya ilmiah itu belum juga selesai. akhirnya saya meminta bantuan ayah saya untuk mencari pinjaman buku- buku yang cocok dengan karya ilmiah yang saya buat. Tak hanya ayah saya saja yang meminjam buku, tetapi saya juga meminjam buku kepada salah seorang teman saya. Setelah saya menyelesaikan karya ilmiah tersebut, saya meminta bantuan ayah saya untuk mengedit. Karena saya sadar saya masih dalam kategori pemula dalam bidang tulis menulis ini. kemudian kqrya ilmiah tersebut saya beri judul “MENGENAL DIRI SENDIRI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI”.

Ketika mengerjakan karya ilmiah tesebut, saya masih duduk di bangku kelas VII. Tepatnya kelas VII-3. Saya terinspirasi dengan teman-teman saya. Saya melihat tidak sedikit dari mereka yang belum mengenal dirinya sendiri. Dan menurut saya hal ini sudah menjadi kebiasaan kaum remaja. Contohnya saja ketika ada model baju yang lagi ngetrend. Kaum remaja biasanya langsung menirunya. Mereka tidak peduli apakah model baju tersebut pantas atau tidak untuk dikenakan. Yang ada di benak mereka hanyalah keinginan untuk menjadi remaja yang tidak ketinggalan zaman. Saya sangat berterima kasih kepada mereka. Karena mereka tak hanya menjadi inspirasi saya, tetapi mereka juga memberi saya semangat. Saya sangat bersyukur mempunyai teman-teman seperti mereka. di kelas VII-3 itu, kami sepakat untuk saling membantu jika ada teman yang mempunyai masalah. Karena kami sadar, kami tidak bisa hidup sendirian. Setelah karya ilmiah yang saya kerjakan selesai, saya segera meminta tanda tangan guru pembimbing dan kepala sekolah. Kemudian sekolah akan mengimkannya ke kantor dinas pendidikan dan kebudayaan.

Saya merasa lega, karena pada akhirnya saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tersebut. Sembari menunggu pengumuman, banyak teman-teman saya yang menanyakan apakah saya menjadi finalis atau tidak. Ketika itu saya langsung mengatakan kepada mereka bahwa saya masih pemula dalam bidang tulis menulis ini. Jadi tidak mungkin rasanya jika saya dapat memenangkan lomba KIR tersebut. Saya tidak berharap banyak, saya hanya ingin menambah pengalaman saya. Karena menurut saya pengalaman saya di bidang tulis menulis ini sangat sedikit.

Satu bulan pun berlalu. Sekolah saya mendapat surat dari dinas bahwa siswa yang bernama RYANTI SETYONINGTYAS D. dan NUR AIDA M. menjadi finalis lomba KIR. Pak Haris dan Bu Indra memanggil saya dan kakak kelas yang bernama Tyas untuk ke ruang guru. Ketika itu saya senang sekali karena pada akhirnya saya bisa memenangkan lomba KIR tersebut. Tak henti-hentinya saya mengucapkan syukur kepada Allah S.W.T. Untuk menentukan juara 1,2,3,harapan 1 dan 2, maka para finalis diundang untuk mempresentasikan karya ilmiah yang telah dibuat. Presentasi tersebut ditempatkan di kampus STKIP Sumenep. Ketika pulang sekolah, saya segera mengabarkan kepada ayah. Saya langsung belajar mempresentasikan karya tulis yang saya buat dihadapan ayah.

Hari untuk mempresentasikan pun tiba. Saya berdo’a agar saya mendapatkan giliran terakhir untuk mempresentasikan karya saya. Tetapi ternyata saya mendapat giliran pertama untuk mempresentasikan karya saya. Saya gugup saat presentasi, karena ini pengalaman pertama saya mempresentasikan karya tulis di hadapan orang banyak. Waktu sepuluh menit yang disedakan untuk presentasi terasa sangat sebentar. Namun saya bisa memanfaatkan waku dengan tepat pemaparan karya tulis saya selesai tepat waktu sepuluh menit. Lega rasanya seperti terlepas dari jeratan.

Ketika tanya jawab belangsung, jantung saya kembali berdegup kencang. Juri pertama memberikan pertanyaan yang membuat saya terkesiap. Pertanyaan yang tak saya sangka ketika disuruh memberikan perbedaan antara kata mengenal, dan memahami. Saya mencoba menjawabnya, dan rupanya juri tak berkenan dengan jawaban saya sehingga mengejarnya dengan pertanyaan yang lain. Pertanyaan dilanjutkan oleh juri beikutnya dan saya bisa menjawabnya dengan lancar.

Ada suatu pertanyaan yang sangat menarik bagi saya. Saat salah seorang dewan juri menanyakan siapa yang menjadi idola saya? Dengan tanpa ragu-ragu saya menjawab dengan lantang:”Ayahku!” Juri itu hanya tersenyum, dan menanyakan nama ayah saya. Waktu dua puluh menit pun usai yang dengan pertanyaan-pertanyaan yang tekadang membuat jantung saya berdegup kencang. Saya bersyukur akhirnya saya bisa menyelesaikan presentasi dan bisa menjawab pertanyaan dari dewan juri, walaupun tidak semua pertanyaan dari juri bisa saya jawab dengan benar.

Pada siang harinya diumumkan bahwa saya mendapatkan juara 3. Saya kecewa, karena saya tidak bisa menjadi juara 1 dalam lomba ini. Tetapi saya pun lega karena kakak kelas saya, mbak tyas bisa menjadi juara 1 dalam lomba KIR ini. setidaknya sekolah saya bisa meraih juara 1 dalam lomba KIR tahun ini. walaupun bukan saya yang memenangkannya. Pada pagi harinya teman-teman saya menanyakan saya mendapat juara berapa?. Ketika itu saya hanya tersenyum dan menjawab”saya mendapatkan juara 3”. Kemudian mereka bersorak dan mengatakan kepada saya” untung saja di kelas ini ada kamu, jadi kelas kita ini bisa menjadi pembicaraan guru”. Ternyata sesuatu yang tak saya sangka kembali tejadi.

Saya sangka mereka akan kecewa ketika mendengar saya tidak bisa menjadi juara pertama. Mereka memang teman-teman yana baik. Mereka bisa memahami kondisi orang lain. Terima kasih tuhan, engkau telah memberi saya teman-teman yang bisa menerima saya apa adanya. Tepat tanggal 24 September kemarin, hadiah lomba pun dibagikan. Saya senang sekali, pada akhirnya saya bisa menikmati jerih payah saya sendiri. Setelah saya sampai di rumah, saya langsung membuka hadiah yang telah diberikan. Hah?, tiba-tiba di dalam benak saya timbul tanda tanya besar. Mengapa jumlah hadiah yang di berikan tidak sesuai dengan jumlah hadiah yang tertera pada brosur?.

Saya kecewa sekali pada dinas pendidikan. Menurut saya dinas pendidikan kurang menghargai jerih payah para pemenang. Tetapi walau gimanapun saya harus bersyukur karena saya bisa merasakan hadiah dari hasil jerih payah saya sendiri. Selain itu saya juga bisa menambah pengalaman saya. Saya bersyukur sekali akhirnya saya bisa mempunyai pengalaman yang tentunya tidak semua orang dapat merasakannya. Tetapi saya juga tidak boleh melebih lebihkan hal ini. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai hambanya yang terlalu membanggakan dirinya sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar