Selasa, 14 Juni 2011

JURNAL 13

Salam,
selamat berjumpa kembali pada edisi ketiga belas. edisi kali ini jurnal Savant menurunkan sebuah tulisan yang berbicara mengenai tradisi "Molang Are". SEbuah tradisi yang memiliki kearifan-kearifan dalam mengapresiasi kehidupan di dunia. Hal kecil, namun memiliki makna besar dalam kehidupan bersama. Sebab, tidak semua tradisi terbelakang. dalam beberapa hal tradisi menjadio pijakan kemajuan di waktu yang akan datang.
selamat membaca.

P.A.N.G.K.E.N.G
PERGESERAN MAKNA TRADISI MOLANG ARE

Pitaloka Yuniartiningtyas

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Anak merupakan pewaris kebudayaan orang tuanya. Untuk itu orang tua memiliki tanggung jawab untuk melkstarikan kearifan budaya lokal kepada anak-anaknya. Kearifan mengenai norma, kostum, pengetahuan, tradisi, kepercayaan, seni, teknologi, kekerabatan dan sebagainya, merupakan kekayaan tradisi yang perlu kita kembangkan dan lestarikan.Keberhasilan prores peralihan tradisi lokal dari generasi tua (orangtua) kepada generasi yang lebih muda (anak) ttergantung kepada upaya orang tua sebagai guide yang menjadi aktor utama dalam mewarisi suatu kebudayaan. Selain peran orang tua, peran lingkungan juga menjadi sarana yang penting dalam proses transfer dan pelestarian kebudayaan, misalnya lingkungan sekolah. Itulah salah satu kunci dalam mewariskan kebudayaan pada generasi penerus.
Salah satu tradisi yang tumbuh di daerah Sumenep adalah ritual pasca kelahiran yang dinamakan Molang Are. Suatu tradisi selamatan setelah kelahiran, kurang lebih empat puluh hari setelah kelahiran sang anak. Molang Are pada umumnya empat puluh hari, namun pada anak perempuan ada yang kurang dari empat puluh hari sedangkan pada anak laki-laki ada yang lebih dari empat puluh hari. Sampai saat ini tradisi semacam ini masih terus berlangsung di tengah-tengah masyarakat.
Dalam dinamika budaya, Molang Are secara formal, memiliki nilai religiusitas yang sarat dengan makna yang mengandung nilai-nilai moral dan agama. Di dalam pelaksanaan ritual molang are, sarat nilai reliji atau agama , karena di dalam acaranya ada pembacaan sholawat Nabi dan doa keselamatan dan ditujukan kepada sang Bayi. Pada saat acara dilangsungkan mengundang tetangga dan kerabat, juga disitu disajikan hidangan, sebagai ungkapan kebahagiaan shahibul hajat.
Ritula pasca kelahiran ini sangat menarik untuk ditelaah, karena di dalamnya sarat dengan simbol dan makna yang sebernarnya memberikan banyak pesan bagi kita. Dalam perkembangannya Molang Are, juga semakin kondusif dengan perkebangan teknologi dan sosial ekonomi masyarakat. Salah satu di antaranya, kue yang disajikan dalam hidangan semakin variatif dan semakin praktis. Artinya perubahan tersebut sepertinya menyimpang dari adat kebisaan yang dilakukan para leluhur. Dalam perkembangannya, saat ini Molang Are menyesuaikan dengan kebiasan sebelumnya sehingga mengalami pergeseran dari makna semula.
Molang Are dalam pelaksanaannya tergantung pada kemampuan dari keluarga itu sendiri. Jadi, yang terpenting adalah harapan dan do’a orang tua serta memperkenalkan budaya tradisi kepada sang anak. Selain pembacaan shalawat, pada ritual molang are dilakukan pemberian nama kepada sang anak. Biasanya masyarakat Madura memberikan nama sesuai dengan tuntunan yang terdapat dalam Agama Islam ( mengambil nama dari dalam kitab suci Al-Qur’an).
Sesuai dengan perkembangan zaman, terdapat perbedaan dalam pelaksanaan Molang Are pada saat ini dengan sebelumnya. Dahulu, Molang Are dilaksanakan satu kali dan famili atau tetangga yang diundang langsung berkumpul. Namun saat ini tidak. Kini family atau tetangga tidak datang bersamaan, ,mereka datang ke rumah yang mempunyai selamatan dan langsung pulang tanpa melihat prosesi Molang Are.

1.2 Permasalahan
Karya tulis ini memiliki permasalahan,yaitu:
1. Bagaimanakah pelaksanaan Tradisi Molang Are?
2. Bagaimanakah pergeseran nilai budaya ritual Molang Are saat ini?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tradisi Molang Are
Molang Are berasal dari kata Molang dan Are. Molang berarti menghitung sedangkan Are berarti hari, jadi Molang Are adalah menghitung hari. Ritual setelah melahirkan tersebut dilakukan setelah bayi genap berumur empat puluh hari. Upacara dilakukan dengan pembacaan shalawat nabi serta doa-doa, dan ekmudian memtong rambut si bayi. Rambut yang telah dicukur tadi ditimbang beratnya. Berat rambut tersebut lalu ditebus dengan emas yang nettonya juga sama dengan berat rambut itu.
Pada upacara selamatan Molang Are, semua orang yang hadir turut mengamini dengan bentuk pembacaan shalawat dan mencelupkan ujung jari tangan ke air komkoman lalu diusapkan ke jidat atau sekitar kepala bayi. Ada juga yang menaruh bunga di sekitar bayi, di atas talam. Sebelumnya, bunga tersebut telah disediakan sebagai bentuk omro’om (wewangian) ketika shalawat dilantunkan, sebab Nabi diyakini hadir di tengah-tengah pada saat shalawat dibacakan, dan Nabi menyukai wewangian.
Acara yang kedua adalah orang tua si bayi memberikan penjelasan makna dari Molang Are tersebut dilaksanakan, misalnya agar bayi yang lahir diberi nama yang sesuai dengan tatanan Agama Islam (mengambil dalam Al-Qur’an). Selain pwmbacaan doa bersama dan sholawat, acara mulang are ditandai pula dengan menghantarkan aneka jenis kue dalam kotak dan pada kotak tersebut dicantumkan nama yang diberikan kepada sang bayi.

2.2 Perbedaan Tradisi Molang Are Saat ini dengan Sebelumnya
Pada waktu lampau, Tradisi Molang Are dilakukan menunggu waktu 40 hari setelah kelahiran bayi. Jadi, nama diberikan orangtua kepada anaknya setelah bayi berumur 40 hari. Pemberian nama tersebut diikuti degan selamatan dan mengantarkan kue kepada kerabat, tetangga dan sahabat.
Pemberian nama pada seorang anak dengan memperhatikan hari tanggal dan bulan kelahiran. Hal ini amat diperhatikan pada pemberian nama anak yang dilakukan oleh orang tua di masa lampau. Mereka mempunyai keyakinan, bahwa nama yang diberikan kepada anak, akan mempengaruhi nasib dan masa depan kehidupannya. Serta pemberian nama tersebut amat tergantung kepada agama yang dianut oleh orang tua mereka, kakek dan neneknya. Nama yang diberikan biasanya diminta sang ayah dari guru ngaji (guru langgar), atau dari seorang Kyai. Karenanya, nama yang diberikan cenderung berasal dari bahasa Arab.
Sebagian kecil saja orang tua yang memberi nama anaknya secara otonom, biasanya masyarakat yang telah memiliki taraf pendidikan tinggi serta stratifikasi sosial yang cukup tinggi. Biasanya nama- nama yang diberikan camuran antara Bahasa Arab dengan Bahas Sanskerta atau dengan bahasa asing lainnya. Namun kini kebanyakan orang tua memberikan nama yang tidak mengambil dari Al-Qur’an. Misalnya dari singkatan nama kedua orang tua mereka. Selain itu bahkan ada yang mengambil nama dari orang luar negeri, karena mereka menganggap nama itu lebih keren.
Hal lain, perubahan yang cukup berarti dalam upacara tersebut. Saat ini setelah melahirkan para tetangga dan kerabat akan mendapat bingkisan molang are, berupa mie iinstan, susu kemasan, emping, gelas, perment, biskuit dalam satu bungkusan. Pemberian bingkisan kue tak lagi dilakukan menunggu waktu empat puluh hari. Perubahan semacam ini banyak dilakukan keluarga muda yang mandiri. Atau pasangan keluarga yang ada di kompleks perumahan. Mereka beranggapan pilihan tersebut, lebih praktis, dan efisien.
Ada beberapa alasan pasangan keluarga memberikan bingkisan molang are pada saat tetangga dan kerabat melakukan kunjungan kelahiran, antara lain:
1. Lebih praktis, karena bahan-bahan tersebut banyak tersedia di toko kue, dan bisa disimpan dalam waktu yang lama;
2. Mereka tak dapat bekerja sendiri untuk membuat jajanan dan kue;
3. Mereka tidak perlu mengantarkan kue atau bingkisan ke rumah orang-orang yang menyambanginya pada saat melahirkan;
4. Mereka


Deskripsi apa pun mengenai tradisi Molang Are, seperti halnya simbolisasi budaya tersebut tak mengurangi kualitas tentang sarat akan makna. Inilah yang dibanggakan, bagaimana sikap budaya orang Madura sangat melekat dalam pribadi mereka. Tak hanya melihat sesuatu dari satu sisi saja, tapi menguak dari perspektif yang lain termasuk kandungan makna atau pengaruh yang signifikan dari berbagai gejala dalam kehidupannya.
Tradisi Molang Are masih tetap dilestarikan di tengah arus globalisasi.

Dengan segala dinamikanya, budaya ini masih melekat dan diselenggarakan masyarakat sebagai bagian tradisi. Bagi mereka, budaya adalah manifestasi sila ketiga dari Pancasila yaitu, persatuan Indonesia. Suatu bentuk implementasi nilai persatuan dan kesatuan antar individu maupun antar umat beragama. Persepsi mereka tentang suatu tradisi, tak hanya terpajang sebagai dinamika budaya dan hiburan semata, tapi lebih pada solidaritas meskipun dalam praktiknya tidak dapat di pungkiri bahwa terdapat pergeseran tradisi ini.

Bab III
Penutup
3.1 Simpulan
Tradisi Molang Are, adalah suatu tradisi untuk memberikan nama pada bayi yang dilahirkan saat bayi berumur empat puluh hari. Pemberian nama ini m,erupakan suatu bentuk perngharapan dan doa, supaya dengan nama yang diberikan anak tersebut meliliki nasib dan masa depan yang baik

Pergeseran nilai tradisi Molang Are, disebabkan adanya perubahan pola hidup keluarga baru yang terpisah dari orangtuanya. Keluarga muda yang mandiri merasa ribet jika harus mengikuti tradisi molang are seperti yang dilaksanakan leluhurnya.

DAMPAK FILM KARTUN DAN IMAJINASI TERHADAP PERILAKU ANAK
Oleh :
Laksmi Herdiana Putri
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Media berdampak besar terhadap perkembangan perilaku anak, terutama media elektronik seperti televisi. Sehari saja seorang anak tidak menonton televisi pasti anak tersebut merasa gelisah. Film kartun dan imajinasi tentu menjadi prioritas tontonan anak. Penulis ingin menyampaikan dampak positif maupun negatif dari tontonan yang paling digemari anak-anak tersebut. Seperti kita ketahui, tidak semua yang menyenangkan itu berdampak baik bagi kita, begitu juga dengan film kartun. Dibalik menghibur, terselip dampak negatif yang mungkin tidak disadari oleh orang tua.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh tontonan film kartun terhadap kepribadian anak?
2. Seberapa besar peran orang tua dalam mengontrol tontonan anak?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui pengaruh tontonan film kartun terhadap pribadi anak.
2. Memahami peran orang tua dalam mengontrol tontonan anak.

PEMBAHASAN

Film kartun adalah film animasi imajinasi yang biasanya bersifat menghibur dan umumnya digemari anak-anak. Berbagai jenis film kartun dengan ciri yang beragam pula menjamur di televisi. Namun tidak semua film kartun memberi dampak positif terhadap kepribadian atau tingkah laku anak.
Berikut beberapa dampak positif dari film kartun terhadap tingkah laku atau kepribadian anak :
1. Anak merasa terhibur
2. Menghilangkan rasa suntuk anak
3. Anak dapat mengembangkan daya imajinasinya
4. Daya tangkap anak lebih cepat
5. Dapat mempercepat daya fikir anak
6. Penciptaan inovasi-inovasi baru
7. Meningkatkan kreativitas anak
8. Pesan yang tersirat pada film kartun itu sendiri, dll.
Cukup banyak dampak positif film kartun pada kepribadian anak, apalagi film kartun yang memang bertujuan untuk memberi pembelajaran kepada anak. Sebagai contoh yaitu film kartun ‘Upin dan Ipin’ banyak sekali dampak positif dari film kartun tersebut, karena pesan yang ingin disampaikan berupa pesan keagamaan, kebudayaan, sosial, etika, kesederhanaan dll. Hal tersebut sangat layak untuk dicontoh, karena masa anak-anak adalah masa peniruan, jadi anak cenderung meniru apa yang dilihatnya. Sehingga dampak positif tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dibalik dampak positif tentu ada dampak negatif, berikut adalah beberapa dampak negatif film kartun terhadap perilaku atau kepribadian anak:
1. Jika anak berlebihan berimajinasi dapat mempengaruhi kejiwaan anak
2. Peniruan perilaku negatif dalam film kartun itu sendiri
3. Menyebabkan ketergantungan menonton film kartun sampai-sampai lupa waktu
4. Adegan-adegan kekerasan dalam film kartun dapat memicu peningkatan perilaku agresif
pada anak-anak
5. Adegan-adegan pada film kartun yang berbau pornografi telah mengikis moralitas anak, dll
Bila ditelaah lebih dalam dampak negatif di atas adalah benar. Besarnya pengaruh film kartun tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Sebagai contoh film kartun ‘Shincan’ yang menggambarkan anak yang malas, jorok dan terkadang berani melawan orang tua ini dapat berpengaruh pada perilaku anak.
Orang tua memegang semua kontrol terhadap semua kelakuan anak, termasuk memilih tontonan yang tepat untuk anak. Orang tua harus pintar memilih dan memilah tontonan yang sekiranya memberikan dampak positif terhadap anak. Seperti film kartun “Jimmy Neutron” yang mengisahkan seorang anak yang jenius dan memberikan semangat serta motivasi terhadap anak.
Orang tua juga harus mendampingi setiap kali anak menonton film kartun dan film Imajinasi. Pemberian batas waktu untuk menonton juga penting, agar anak tidak “kecanduan” film kartun.


KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
 Tidak semua film kartun/film imajinasi memberi dampak positif.
 Salah satu manfaat menonton film kartun yaitu dapat meningkatkan kreativitas anak.
 Salah satu dampak negatif dari menonton film kartun yaitu menyebabkan ketergantungan/kecanduan menonton film kartun.
 Orang tua berperan penting dalam mengontrol tontonan anak.
 Dengan pembekalan awal, seperti cara membedakan baik-buruknya suatu perilaku akan membantu anak turut memilah sendiri tayangan yang baik untuk dirinya.

SARAN
 Agar orang tua lebih menjadikan dirinya sebagai teman dari anaknya, dengan begitu orang tua mudah menasehati anaknya.
 Anak-anak yang sudah kecanduan film kartun, sebaiknya membatasi diri, karena tidak baik jika berimajinasi berlebihan.