Kamis, 13 Oktober 2011

JURNAL 14

Salam,
selamat berjumpa kembali pada edisi keempat belas. edisi kali ini jurnal Savant menurunkan sebuah tulisan yang berbicara mengenai tradisi "Rokat Tase'". Sebuah tradisi yang memiliki kearifan-kearifan dalam mengapresiasi kehidupan bersama. Apresiasi terhadap sesama manusia, dengan lingkungannya (alam) dan dengan Tuhan Sekalian Alam.Hal kecil, namun memiliki makna besar dalam kehidupan bersama. Sebab,di saat kemapanan ekonomi dan politrik menjadi kuasa betapa banyak masyarakat pesisir yang menajdi korban ketamakan penguasa. Pada hal mereka mempunyai jalan hidup yang p[erlu dipahami sehingga masih tetap bisa eksis di tengah gempuran globalisasi. Sayang memang ketika mereka hanya diajdikan sebagai obyek bukan subyek dari dirinya sendiri.Selamat membaca.

P.A.N.G.K.E.N.G
Nilai Budaya Upacara Rokat Tase’ Di Desa Pinggirpapas – Kalianget - Sumenep”
Oleh:
Yurike Ferdiyanti
Shofi Amaliyah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia khususnya di daerah Jawa Timur terdapat berbagai macam kebudayaan dan tradisi. Kebudayaan yang kita miliki adalah pemberian dari Tuhan yang tak ternilai harganya, merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karya. Kekayaan budaya kita merupakan anugerah dari Tuhan. Setiap kebudayaan dan tradisi memiliki arti tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Seperti untuk nelayan, petani, dan profesi-profesi lainnya.
Di bagian timur kota Sumenep, tepatnya di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Di daerah tersebut memiliki suatu tradisi yang dikhususkan untuk nelayan yaitu Rokat Tase’. Sebagai contoh kita mengambil salah satu desa di Pinggir Papas. Di setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi budaya khas, yang berbeda dengan daerah lain. Sehingga terlihat sangat menonjol ciri khas yang terdapat disetiap daerah. Dari hasil kebudayaan, maka akan terlihat watak masyarakat di daerah tersebut, nilai dan norma, dan mata pencaharian masyarakat. Contohnya yaitu Rokat Tase’ atau Petik laut dalam bahasa Indonesia. Rokat tase’ ini menegaskan bahwa masyarakat Pinggir Papas mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Rokat Tase’ diadakan karena agar para nelayan dipermudah dalam mencari ikan, dan dijauhkan dari musibah.
Masyarakat di kota umumnya tidak mengetahui berbagai tradisi yang dimiliki masyarakat di desa. Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti perbedaan mata pencaharian, intensitas waktu, dan pengaruh budaya asing. Masyarakat kota mayoritas bekerja sebagai pegawai. Mereka terlalu sibuk bekerja, sehingga tidak memiliki waktu untuk mengetahui tradisi-tradisi yang ada di lingkungan masyarakat desa. Selain itu banyaknya kebiasaan-kebiasaan dan budaya asing juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.
Jadi, kami mengambil judul ” Nilai Budaya Upacara Rokat Tase’ di Desa Pinggirpapas – Kalianget - Sumenep” ini karena pada saay ini, kebudayaan kita semakin terkikis oleh budaya modern, dan kami ingin masyarakat Sumenep khususnya Pinggir Papas dapat melestarikan budaya ini. Rokat Tase’ sebgai budaya tradisi lokal memiliki nilai-nilai kearifan yang perlu diaktulisasikan kembali.

1.2 Rumusan Masalah
2. Apa yang mendasari adanya rokat tase’ di desa Pinggir Papas,Kecamatan kalianget, Kabupaten Sumenep ?
3. Bagaimana cara rokat tase’ dilaksanakan di Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep ?
4. Apa nilai-nilai budaya yang dapat ditemukan pada upacara rokat tase’ di Desa Pinggir Papas, Kecamatan kalianget. Kabupaten Sumenep ?

1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian karya tulis yang berjudul Rokat Tase’, kami membatasi masalah hanya pada tradisi Rokat Tase’ yang terdapat di desa Pinggir Papas- Kecamatan Kalianget – Kabupaten Sumenep.

1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui latar belakang diadakannya Rokat Tase’ di Desa Penggir Papas – Kecamatan kalianget – Kabupaten Sumenep;.
2. Untuk mengetahui tujuan adanya Upcara Rokat Tase’ di desa Pinggir Papas – Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep;
3. Untuk mengetahui proses Pelaksanaan Upacara Rokat Tase’ di desa Pinggir Papas- Kecamatan kalianget – Kabupaten Sumenep;
4. Untuk mengetahui apa saja makanan atau unggas yang dipakai untuk rokat tase’ di Desa Pinggir Papas – Kecamatan Kalianget – Kabupaten Sumenep;
5. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya dalam upacara Rokat Tase’ di Desa Pinggir Papas – Kecamatan Kalianget – kabupaten Sumenep.

1.5 Manfaat Penelitian
2. Agar masyarakat desa Pinggir papas dapat melestarikan upacara rokat tase’.
3. Menambah pengetahuan tentang tradisi rokat tase’ yang dilaksanakan di Pinggir Papas, Sumenep.
4. Sebagai dokumentasi kearifan lokal yang dapat bermanfaat dalam penentuan kebijakan bagi masyarakat setempat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Jenis-jenis kebudayaan Madura :
1. Macopat (Mamaca)
Macopat atau juga ada yang menyebut dengan mamaca, merupakan kebudayaan Madura yang juga bisa dikategorikan berbentuk kesenian. Tembang yang ditulis dengan bahasa Jawa ini dilantunkan dengan syair-syair tertentu, atau juga yang dikenal dengan istilah tembeng.
2. Ritual Ojhung
Pelaksanaan ritual Ojhung dalam bentuknya sejenis permainan yang melibatkan dua orang untuk beradu fisik dengan dilengkapi media rotan berukuran sepanjang 1 meter sebagai alat memukul.
3. Rokat Tase’
Tradisi “Rokat Tase’” dilakukan unuk mensyukuri karunia serta nikmat yang diberikan oleh sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Dan juga agar diberikan keselamatan dan kelancaran rezeki dalam bekerja.
4. Kebudayaan Okol
Okol, istilah warga Madura untuk menyebutkan olahraga bulat tradisional. Tradisi okol biasa dilakukan pada saat musim kemarau berkepanjangan melanda.
5. Rokat Pandhaba
Kebudaan rokat yang ada di Madura dilakukan dengan maksud jika dalam suatu keluarga hanya ada satu orang laki-laki dari lima bersaudara (pandapa lema’), maka harus diadakan acara rokat. (http://zayheidou.wordpress.com)

2.2 Rokat adalah upacara yang sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat pulau Madura.(http://digilib.umm.ac.id)
Macam-macam rokat :
• Rokat Bhuju’; buju’ dimengerti sebagai nenek moyang suatu keluarga masyarakat/pendiri suatu wilayah;juga dimengeti sebagai suatu benda/tempat keramat.
• Rokat Pandhabha; Upacara untuk menjaga keselamatan atau menjauhkan diri dari bahaya bagi orang dengan ciri-ciri tertentu, misal pandhabha Rato (anak tunggal laki-laki).
• Rokat Ojhan; upacara untuk memohon turunnya hujan.
• Rokat Sombher; acara untuk memohon agar sumber air/sumur tetap berisi.
• Rokat Tase’ Rokat Pangkalan; upacara untuk memohon agar hasil laut tetap baik.
• Rokat Disa; upacara untuk memohon keselamatan suatu desa.
• Rokat Bengko; upacara untuk memohon keselamatan bagi penghuni suatu rumah/kantor(bengko artinya rumah).(http://tembi.org)
Berdasarkan ciri-ciri bentuk yang dibawakan seni pertunjukan yang terkait dalam rokat dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Tari, apabila aspek gerak lebih dominan. Misal : Tari Okol.
2. Dramatisasi, apabila memakai gerak sebagai medianya dilengkapi dialog/monolog serta memiliki alur cerita. Yang ada adalah dramatisasi bertopeng.
3. Musik, apabila yang ditekankan adalah aspek berbagai nada, irama, melodi, harmoni dan syair (apabila menggunakan syair). Misal seni mamaca.
4. Resitasi, seni pertunjukkan yang terwujud melalui pola dasar suara. Suara tersusun atas aspek nada, irama, melodi, harmoni dan syair dengan pembacaan syair sebagai tekanan utama. Misal seni pertunjukkan Hong Bahong. (http://tembi.org)
Rokat tase’ adalah upacara masyarakat nelayan untuk menyelamatkan nelayan dari bahaya-bahaya yang mungkin akan dihadapi ketika melaut dan dapat memberikan hasil tangkapan ikan yang banyak.(http://rusdirief.blogspot.com)

2.3 Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan bentuk nyata dari usahanya untuk memanusiakan manusia (civilization). Nilai budaya adalah proses kemajuan manusia di masa lampau kemudian menjadi titik tolak untuk melanjutkan kehidupannya di masa sekarang dan masa depan.

Nilai sosial adalah sebuah patokan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya dengan orang lain. Nilai sosial ini diyakini memiliki kemampuan untuk memberi arti dan memberi penghargaan terhadap orang lain

Nilai religius ini memfokuskan relasi manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan. Scheler mengungkapkan bahwa dalam hubungan dengan Tuhan, manusia mendapatkan pengalaman mengagumkan yang tak terhapuskan mengenai Personalitas Luhur yang digambarkan secara metaforis dalam dogma-dogma agama, ritus-ritus, dan mitos. Untuk memahami nilai religius ini, hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa Tuhan itu merupakan Pencipta, Yang Mahatahu, dan Hakim bagi dunia ini. http://id.wikipedia.org/wiki/Aksiologisme diunduh tanggal 10 juni 2011 pukul 8.39



BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian : Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget Sumenep, Kabupaten Sumenep.
Waktu Penelitian : Tanggal 20 April 2011 Pukul 15.00 WIB
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi : Masyarakat Desa Pinggir Papas, Kecamatan kalianget, Kabupaten Sumenep
Sampel : 2 orang
3.3 Teknik pengumpulan data
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengamatan langsung yang dilakukan di Pinggir Papas yang mengetahui tradisi rokat tase’.
2. Wawancara
Metode ini merupakan tanya jawab dengan orang yang mengetahui tradisi rokat tase’ di Pinggir Papas, Sumenep. Metode ini dibantu dengan menggunakan instrumen-instrumen seperti kertas, bolpoint, dan handphone.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan dengan mendokumentasikan hasil observasi orang yang mengetahui tentang tradisi rokat tase’ ini seperti nelayan, tokoh masyarakat di desa Pinggir Papas, Sumenep.
4. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mengambil data-data yang sesuai dengan penelitian rokat tase’ yang telah kami lakukan.

3.4 Instrumen yang diperlukan
Saat teknik pengumpulan data dilakukan kami membutuhkan beberapa instrumen, antara lain alat tulis, handphone dan kertas.

3.5 Subjek penelitian
Subjek penelitian kami adalah Masyarakat Pinggir Papas, Sumenep.

3.6 Teknik analisis data.
Dalam penelitian ini penulis sengaja menggunakan analisis data yang sesuai dengan kebutuhan atau ketentuan berdasarkan judul yaitu Rokat tase’. Dan menganalisis secara lebih rinci dan dirancang berdasrakan data yang telah kami peroleh dari masyarakat Pinggir Papas, buku dan internet.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Rokat Tase’ Desa Pinggir Papas
Di daerah Madura, adalah daerah yang dikelilingi oleh laut, sehingga tidak heran masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Sehingga ada kebudayaan yang lahir di Madura yang disebut Rokat Tase’.
Rokat Tase’ adalah upacara untuk memohon agar hasil laut tetap baik. Sehingga sampai sekarang pun rokat tase’ tetap dilaksanakan oleh para nelayan dan masyarakat karena mereka menganggap bahwa Rokat Tase’ ini adalah upacara sakral yang wajib dilestarikan. Rokat Tase’ ini sudah lama dilaksanakan oleh masyarakat Sumenep, biasanya di daerah Pinggir Papas.
Rokat Tase’ ini biasanya dilaksanakan setiap tahun sekali dengan menghias perahu baik itu perahu kecil ataupun perahu yang besar. Perahu yang kecil biasanya digunakan untuk tempat makanan dan unggas untuk dijalankan di tengah lautan. Dan fungsinya perahu besar adalah untuk transportasi orang-orang untuk menuju ke tengah lautan atau upacara melepaskan bermacam-macam makanan dan unggas ke tengah laut. Yang mengikuti upacara Rokat Tase’ biasanya adalah para nelayan. Tetapi semua orang yang bisa ikut untuk mengikuti upacara ini. Baik laki-laki maupun wanita, anak-anak, atau remaja pun dapat memeriahkan dan ikut upacara ini ke tengah laut.Terdapat perbedaan yang dilakukan pada saat sekarang dan sejak dulu.
Menurut Ibu Atiyah salah satu warga Desa Pinggir Papas menjelaskan bahwa terdapat perbedaan penyelenggaraan sebelum tradisi Rokat Tase’. Dulu, sehari sebelum Rokat Tase’ dilaksanakan, tidak ada acara ketoprak dan sinden, karena faktor dana namun ketoprak dan sinden masa sekarang dilakukan seiring dengan dana yang memadai. Rokat tase’ dilaksanakan setahun sekali setiap bulan Maret, tanggal 15 tepatnya saat bulan purnama atau di Bulan Syura kira-kira tanggal 13. Banyak anggapan di masyarakat bahwa Rokat Tase’ adalah berarti kemusyrikan, Namun menurut Ibu Atiyah Rokat Tase’ bukan merupakan kemusyrikan karena Rokat Tase’ ini merupakan tanda ucapan terima kasih para nelayan kepada nabi Khidir yang merupakan salah satu nabi yang menjaga lautan atas keselamatan dan pemberkahan rejeki kepada para nelayan. Biaya yang diperlukan untuk Rokat Tase’ biasanya didapat sukarela dari warga, sponsor-sponsor, dan nelayan-nelayan yang mempunyai bagan(tempat penyimpanan ikan). Sebelum Rokat Tase’ dilaksanakan, biasanya warga melakukan tradisi yang disebut mamaca, istigosah, dan membuat pal-kapalan atau kapal kecil yang dihias untuk tempat sesaji dan unggas. Tradisi tersebut sejak dulu sampai sekarang harus dan wajib dilaksanakan agar Rokat Tase’ berjalan dengan baik dan hikmat (Data Primer, wawancara dengan ibu Atiyah di desa Pinggirpapas, 5 Maret 2010., pukul 15.30).

Upacara Rokat Tase’ sampai saat ini masih sangat dipertahankan oleh warga Pinggir Papas setempat sebagai upaya pelestarian Rokat Tase’. Budaya Rokat Tase’ ini merupakan satu-satunya tradisi yang masih disegani oleh masyarakat Pinggir Papas dan tak pernah terlewatkan setiap satu tahunnya. Selain itu, selain kebudayaan Rokat Tase’ dilestarikan, terdapat kebudayaan mamaca juga sebelum upacara Rokat Tase’ biasanya sehari sebelum Rokat Tase’ dilaksanakan. Kebudayaan mamaca ini adalah kebudayaan yang terlahir dari Madura yang berbentuk kesenian dan dilantunkan dengan syair-syair atau yang disebut dalam bahasa Madura yaitu tembhang. Tembang ini ditulis dengan bahasa Jawa. Tujuan tembeng ini adalah agar pada saat tradisi Rokat Tase’ dilakukan, tidak rintangan dan halangan apapun dan dapat berjalan dengan hikmat. Menurut Bu Atiyah yang suaminya adalah nelayan, biasanya sebelum Rokat Tase’ hasil ikan sangatlah banyak dan lancar dalam bekerja. Tapi, biasanya sehabis Rokat Tase’ diadakan, para nelayan tidak mencari ikan selama sehari atau dua hari karena hasil ikan menurun.
Menurut Pak Imam, salah satu nelayan di Pinggir Papas, beliau mengatakan bahwa Rokat Tase’ ini dapat menguntungkan bagi nelayan karena hasil tangkapan ikan yang banyak. Walaupun upacara Rokat Tase’ ini membutuhkan dana yang besar.(Data Primer, wawancara dengan Bapak Imam di desa Pinggirpapas – Kalianget – Sumenep. Tanggal 5 Maret 2010, pukul 16.30 WIB)
Dari keteranagn Bapak Imam warga pesisir atau mayarakat nelayan di daerah Pinggirppas dapat merasakan berkat doa bersama tersebut hasil tanggapan mereka banyak. Mereka meyakininya. Mereka tiodak perduli meski dalam penyelenggaraan Rokat Tase’ menelan biaya yang besar. Bagi mereka, pelaksanaan upacara tersebut merupakan sebuah tradisi dan kewajiban bagi mereka untuk melestraikan budaya leluhurnya. Keyakinan dan sugesti yang membawa semangat dalam kehidupan dan pekerjaan mereka.
Tujuan adanya Rokat Tase’ umumnya sebagai sarana untuk bersilaturrahmi dengan masyarakat meskipun bukan kepada para nelayan. Selain itu, Rokat Tase’ dapat bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk keselamatan saat mencari ikan di laut.
2. Untuk kelancaran rejeki dalam bekerja khusunya para nelayan.
3. Agar lingkungan terjaga.
4. Supaya masyarakat sekitar dapat memahami nilai-nilai moral.
5. Untuk mensyukuri karunia yang telah Allah berikan kepada masyarakat.

4.2 Tata Cara dalam Upacara Rokat Tase’.
Sebelum Rokat Tase’ dilaksanakan, selalu ada tradisi yang terun-temurun tidak pernah dilupakan. Seperti dua hari sebelum Rokat Tase’ dilaksanakan, di Desa Pinggir Papas selalu ada istigosah agar pada saat upacara ini dilaksanakan tidak ada rintangan atau masalah. Menurut data yang kami peroleh, upacara Rokat Tase’ ini dilaksanakan di tengah laut kira-kira dua mil dari mulut pantai. Sebelum Rokat Tase’ dilaksanakan biasanya warga bersama para nelayan mempersiapkan:
1. Pal-kapalan yaitu sebuah perahu kecil kira-kira panjangnya 2 meter dan digunakan untuk tempat sesaji diletakkan dan dihanyutkan ke tengah lautan.
2. Beberapa perahu dihias semenarik mungkin dengan kertas minyak.
3. Bendera, biasanya digunakan bukan hanya bendera merah putih, namun juga dapat digunakan bendera-bendera dari partai. Karena partai juga memberikan sumbangan dana untuk mensukseskan acara Rokat Tase’ tersebut. Biasanya bendera diletakkan di ujung kapal yang digunakan para nelayan yang melepas sesaji.
4. Sesaji. Sesaji yang biasa dipakai untuk upacara Rokat Tase’ antara lain :
1. Kepala sapi
2. Kepala kambing
3. Ayam
4. Beberapa jajanan pasar (ketan warna-warni)
5. Ikan-ikan
6. Tumpeng
7. Buah-buahan antara lain buah pir, apel, dan jeruk
Setelah tiba di tengah laut, Upacara Rokat Tase’ dilaksakan yang pertama kali dilakukan adalah melepaskan pal kapalan yang telah berisi sesaji tadi di tengah laut, di lanjutkan dengan acara mengitari sesaji selama 4 kali putaran.
Biasanya sesajian yang telah dihanyutkan ke tengah lautan kira-kira 2 mil dari bibir pantai diambil oleh para nelayan di desa lain. Para nelayan dan warga yang mengikuti upacara Rokat Tase’ diharamkan untuk mengambil sesajian tersebut karena dipercaya akan jauh dari rezeki.

4.3 Nilai-Nilai Yang Dapat Dipetik Dalam Upacara Rokat Tase’.
1. Nilai Keagamaan (religius)
Tujuan Rokat Tase’ ini salah satunya adalah untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan rezeki yang telah diberikan kepada para nelayan. Nilai keagamaan lain yang terkandung dalam acara Rokat Tase’ yaitu pada saat pelaksanaan istigosah, pengajian dan shalawat bersama. Menurut data yang kami peroleh, upacara Rokat Tase’ adalah tradisi dari masyarakat Hindu, karena masyarakat Hindu menganggap sapi adalah hewan yang paling suci. Namun setelah masuknya Islam ke Madura, tradisi masyarakat Hindu tersebut bukan hanya dilaksanakan oleh masyarakat Hindu saja, tetapi masyarakat Islam pun juga melaksanakannya dengan tata cara agama Islam, seperti sebelum diadakannya Rokat Tase’ diadakan istigosah dan pengajian serta shalawat bersama.
2. Nilai Ekonomi
Rokat Tase’ dilaksanakan oleh para nelayan dan warga dengan tujuan untuk memperbanyak rezeki, disisi lain keuntungan tersebut juga dapat dirasakan oleh masyarakat yang berjualan disekitar acara Rokat Tase’ tersebut dilaksanakan. Tidak hanya pada hari Rokat Tase’ itu dilaksanakan melainkan juga pada malam sebelum acara Rokat Tase’ tersebut, seperti saat pertunjukan ludruk, para penjual juga berhasil meraup keuntungan yang lumayan dari penjualannya.
3. Nilai Politik
Jauh hari sebelum upacara Rokat Tase’ dilaksanakan masyarakat telah membentuk susunan kepanitiaan yang terorganisir untuk memperoleh dana dari para sponsor dan partai-partai. Pada tahun 2010 dan 2011, Rokat Tase’ memperoleh dana dari sponsor dan partai-partai dari Hemaviton, Wings, Partai PAN, Gerindra dan dukungan dari PT.Garam. Beberapa rapat yang berdasarkan musyawarah juga dilaksanakan demi kelancaran acara Rokat tase’ tersebut. Biasanya masyarakat yang mempunyai bagan (tempat hasil penangkapan ikan) diwajibkan memberi sumbangan dan dana secara sukarela yang harus ditanggung telah ditentukan oleh panitia. Sedangkan untuk para nelayan tidak di tentukan atau sumbangan sukarela.
4. Nilai Kekeluargaan
Fungsi utama upacara Rokat Tase’ di kehidupan khususnya di tengah masyarakat adalah untuk menjalin tali silaturahmi baik antar warga maupun antar nelayan. Upacara Rokat Tase’ dapat membantu tali persaudaraan yang mungkin telah lama putus, Banyak sanak saudara yang mungkin juga ikut memeriahkan acara Rokat Tase’ tersebut.
5. Nilai Estetika
Malam hari sebelum upacara Rokat Tase’ dilaksanakan, diadakan beberapa bentuk kesenian seperti ludruk, menghias pal kapalan dan perahu. Banyak perahu yang dihias sebelum acara Rokat Tase’ dilaksanakan. Hiasan perahu-perahu tersebut merupakan hasil kreasi dari para nelayan. Mereka menumpahkan kreatifitas dalam media sebuah perahu. Jadi, tradisi Rokat Tase’ dapat dijadikan sebagai nilai estetika atau nilai seni.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rokat Tase’ adalah tradisi yang harus dilestarikan oleh kita sebagai masyarakat yang berkebudayaan plural. Rokat Tase’ adalah upacara untuk memohon agar hasil laut tetap baik. Sehingga sampai sekarang pun rokat tase’ tetap dilaksanakan oleh para nelayan dan masyarakat karena mereka menganggap bahwa Rokat Tase’ ini adalah upacara sacral yang wajib dilestarikan. Biaya yang diperlukan untuk Rokat Tase’ biasanya didapat sukarela dari warga, sponsor-sponsor, dan nelayan-nelayan yang mempunyai bagan.
Perlengkapan yang diperlukan untuk upacara rokat tase’ antara lain : pal-kapalan, perahu, bendera, dan sesaji. Setelah tiba di tengah laut, Upacara Rokat Tase’ dilaksakan yang pertama kali dilakukan adalah melepaskan pal kapalan yang telah berisi sesaji tadi di tengah laut, di lanjutkan dengan acara mengitari sesaji selama 4 kali putaran.
Nilai-nilai yang dapat dipetik dalam upacara Rokat Tase’ antara lain : nilai keagamaan, nilai ekonomi, nilai politik, nilai kekeluargaan dan nilai estetika.

B. SARAN
Dari apa yang telah disimpulkan diatas maka penulis ingin menyampaikan sedikit saran yang berkenaan dengan Upacara Rokat Tase’.
Rokat Tase’ merupakan tradisi turun-temurun harus dilestarikan oleh kita khusunya bagi penerus bangsa. Jika tidak dilaksanakan tradisi ini, maka hukum adat yang akan menghukumnya.



DAFTAR PUSTAKA

http://rumahmakalah.blogspot.com
http://student-research.umm.ac.id
http://kapanlagi.com
http://rusdirief.blogspot.com
http://zayheidou.wordpress.com
http://www.tembi.org
http://digilib.umm.ac.id

*Penulis adalah siswa SMA Negeri 1 Sumenep

Tidak ada komentar:

Posting Komentar